Memang enggak asik sih, jemput pacar – nnggg.. diganti jemput kakak aja – tapi yang dijemput malah sibuk ngerumpi dengan orang lain. Tambah ilang senyumnya kalau sang kakak tau udah dijemput namun tetap saja ketawa-ketiwi dengan temannya. Pasti nyebelin banget.
Hhaa.. cerita jemput pacar atau kakak di atas hanyalah contoh sederhana. Banyak contoh lain yang sejenis. Semacam terjebak macet dan antrian panjang atau dijanjiin sesuatu tapi gak datang-datang. Setiap ditanya kapan selalu berkilah berbagai alasan. Menunggu sesuatu yang enggak jelas, atau harapannya digantungin tanpa kepastian. Hhmmm yakin memang jadi gak asik.
Kejadian seperti itu jelas membutuhkan pengertian dan kesabaran. Iya sih, bersabar itu tidak gampang namun tetap bisa dilakukan. Ada yang bilang sabar itu menahan jiwa. Menahan untuk mengeluh, jengkel dan rasa marah. Maksudnya, ya sudah apa yang dihadapi itu dijalani saja, dengan suka rela. Tak perlu ngomel dan mengeluh karena tidak akan menyelesaikan masalah.
Cukup itu dan diam saja? Oh, tidak. Bersabar bukan berarti kalah dan tidak bisa berbuat apa-apa, karena sebenarnya sabar adalah usaha. Dalam sabar, ada aksi-aksi positif yang dilakukan. Sabar yang sebenarnya adalah bentuk konsistensi dalam berikhtiar menyelesaikan masalah dan meraih hasil yang terbaik.
Sabar itu ujian. Sabar itu proses pendewasaan diri, dengan menindas kekecewaan, putus asa dan semacamnya. Karena kesabaran selalu didasari oleh keikhlasan. Yakin saja sih, kesabaran akan membuahkan hal yang baik.
Jadi, kalau kalian lagi jemput pacar atau kakak tapi malah dicuekin dan ditinggal ngobrol itu ya dikasih tau, “eh, aku udah nunggu loh..” Hanya saja kalau doi malah meletin lidahnya ya tinggalin aja. Moga-moga dia punya duit buat naik angkot…
Jehehe itu beneran mas kalo meletin lidah bakal ditinggalin??? 😀
Saya setuju banget dengan sabar adalah usaha. Sabar bukan berarti diam…
Ngahaha kalo saya sih mungkin tetep nungguin daripada berantem di rumah 😀
hahha…kalau nez yang ditinggal pasti nez bakal bilang “LOE yakin mau ninggalin GUE?”
Sambil bawa surat talak,hahahha
tuh kan…. 😀
hahha lah harus gimana dunk? 😀
serupa syurhat itu yg terakhir yak?
sabar yaa, kakaaa kalo gitu.. *halah 😀
tapi ini bukan syurhaaaaattt…. -__-
iya deh iya, curhat bukan syurhaaat *polos
itu koma nya salah deh, jd aneh bacanya. ><
emang dirimu ada yang ga aneh? *eh…
:))
Wuaduhh, tegaaa…
eee kak okti 🙂
Setuju sekali mas, sabar itu lebih ke menerima proses dan terus berusaha sambil berbaik sangka sama yang punya hidup kalau yang kita inginkan pasti ada jalannya. 🙂
yup.. yup.. terima kasih sudah setuju. it means a lot…
*halah
Tenang saja mas, aku percaya banget everything happens for a reason, dan selain sabar yang paling enak itu living with acceptance.
Kalau kata Lao Tzu :
“Life is a series of natural and spontaneous changes. Don’t resist them – that only creates sorrow. Let reality be reality. Let things flow naturally forward in whatever way they like.”
Once you understand this, you’ll be fine 🙂
tapi kak… -__-
Tapi kenapa?
Aku kebanyakan ngomong ya sepertinya? Hahhaha
Enggak, bukan kebanyakan ngomong.
everything happens for a reason.. Indeed, I believe so.
Hanya kadang mau mengimplementasikan “living with acceptance” itu gak semudah kek bapak mario teguh ngomong di metrotv 😀
Gak ada yang bilang itu mudah koq, emang susah tapi bukan berarti gak bisa. First step, let it sink in….Let yourself feel everything that you need to feel. Do not avoid it, don’t even try to avoid it. Even when the feeling is pain, discomfort, fear or disapointment , don’t avoid it. Let it sink and feel it. Pain is inevitable anyway, After you drown in it, you’ll eventually learn how to swim.
That’s the first step of living with acceptance, at least that’s what I learn.
Woow, drown into the pain and sometimes swallow them, I guess. What a good advice! I think I need some private counseling then. can I have your ph….. beeeepp… sinyal ilang 😀
yep, sometimes swallowing them is a good thing. Semacam vaksin biar kuat kalo ngadepin itu lagi 😀
hayooo sinyal ilang? hahhaa